Entri Populer

Minggu, 20 Maret 2011

CONTOH PTK

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG KERAGAMAN KENAMPAKAN ALAM DAN SUKU BANGSA SERTA BUDAYA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING
MODEL TEAM GROUP TUORNAMENT
BAGI SISWA KELAS V SD N TUNGGULSARI I SURAKARTA











Penelitian Tindakan Kelas
Diajukan dalam Rangka Mengikuti Lomba Inovasi Pembelajaran
Tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2008


Oleh
INDRAYATI, M. Pd.
NIP. 130843698


Sekolah Dasar Negeri Tunggulsari I
Cabang Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
2008
PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Indrayati M.Pd.
NIP : 130 843 698
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Unit Kerja : SD Negeri Tunggulsari I
Keterangan : Telah menulis Penelitian Tindakan Kelas dengan judul:
Peningkatkan Hasil Belajar IPS tentang Keragaman Kenampakan Alam dan Suku Bangsa serta Budaya melalui Pembelajaran Kooperatif Learning Model Team Group Tournament (TGT) bagi siswa kelas V SD Negeri Tunggulsari I Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008





Peneliti



Indrayati, M.Pd
NIP.130 843 698








Telah Disahkan
Kepala Sekolah SDN Tunggulsari I




INDRAYATI, M.Pd
NIP. 130 843 698
PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Indrayati M.Pd.
NIP : 130 843 698
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Unit Kerja : SD Negeri Tunggulsari I
Keterangan : Telah menulis Penelitian Tindakan Kelas dengan judul:
Peningkatkan Hasil Belajar IPS tentang Keragaman Kenampakan Alam dan Suku Bangsa serta Budaya melalui Pembelajaran Cooperatif Learning Model Team Group Tournament (TGT) bagi siswa kelas V SD Negeri Tunggulsari I Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008


Peneliti



Indrayati M.Pd.
NIP. 130843698




Disyahkan oleh:

Nama Tanda Tangan
1. Pengurus PGRI Drs. Amsori, SH, M.Pd. .......................
Kota Surakarta NIP 130 960 337

2. Kepala Cabang Dinas Dikpora Kasum Musyafa, MM. M.Pd. . ....................
Kecamatan Lawaeyan NIP 131179159

3. Pengawas TK/SD Gugus VI Dra. Supraptiningsih,M.Pd ......................
Kecamatan Laweyan NIP 130962993

4. Konsultan Pengembangan Sri Kadarwati, S.Pd, M.Pd ......................
Profesi Guru (FIG) NIM 512098120
Surakarta

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini , saya:

Nama : Indrayati, M.Pd

NIP : 130 843 698

Menyatakan dengan sesungguhnya , bahwa karya tulis berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang Keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta Budaya Indonesia melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning Model Team Group Tournament (TGT) Bagi Siswa Kelas V Semester I SD Negeri Tunggulsari I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008, adalah benar- benar karya saya sendiri. Hal yang bukan karya saya dalam karya tulis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi, berupa pencabutan gelar juara yang dipreoleh dari lomba karya ilmiah tersebut.



Surakarta, 10 Nopember 2008
Yang membuat pernyataan


Indrayati, M.Pd
NIP 130 843 698




Mengetahui
Kepala Sekolah SD N Tunggulsari I
Kecamatan Surakarta



INDRAYATI, MPd.
NIP.130843698
KATA PENGANTAR


Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkat-Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini ditulis dalam peningkatan profesionalisme guru melalui kegiatan lomba penulisan penelitian tindakan kelas (PTK) tingkat provinsi Jawa Tengah
Selama melaksanakan penelitian dan penyusunan karya tulis ini, banyak sekali bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kota Surakarta atas ijin dan dukungan moralnya.
2. Kepala Cabang Dinas Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta atas ijin , dan dukungan moralnya.
3. Konsultan pengembangan profesi guru (FIG) Surakarta atas dukungan dan bimbingannya.
4. Rekan sejawat SDN Tunggulsari I atas partisipasi dan kerjasamanya.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.
Semoga amal kebaikannya mendapatkan balasan yang berlipatganda dari Tuhan Maha Esa. Akhirnya semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan umumnya, serta lebih khusus bermanfaat bagi sesama guru. Amin.

Surakarta, Nopember 2008

Penulis





DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
ABSTRAK ix
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Rumusan Masalah 4
D. Tujuan Penelitian 4
E. Manfaat Penelitian 5
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 6
A. Kajian Teori 6
1. Hasil belajar IPS 6
2. Pembelajaran Kooperatif Learning model TGT……………… 9
B. Penelitian yang Relevan 18
C. Kerangka Berfikir 19
D. Hipotesis Tindakan 20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 21
A. Setting Penelitian 21
B. Subyek Penelitian 22
C. Sumber Data 22
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 23
E. Validasi Data 23
F. Analisis Data 24
G. Prosedur Penelitian 25
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27
A. Deskripsi Awal Kemampuan Siswa 27
B. Deskripsi Hasil Siklus I 32
C. Deskripsi Hasil Siklus II 43
D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar siklus 53
BAB V. PENUTUP 62
A. Simpulan 62
B. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN 64



















DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Pembagian Waktu Penelitian 21
2. Rekap Hasil Tes Pra Siklus 28
3. Ketuntasan Belajar Pra Siklus..................................................................... 30
4. Rata-Rata Hasil Belajar Pra Siklus 31
5. Hasil Rekap Tes Siklus I 36
6. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I 37
7. Rata-rata Hasil Tes siklus I 38
8. Perbandingan Hasil Tes Pra siklus dan siklus I 39
9. Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus dengan Siklus I 40
10.Perbandingan Nilai rata- rata Pra Siklus dan siklus I 41
11.Rekap Hasil Tes Siklus II 46
12.Ketuntasan Belajar Siklus II 47
13.Rata- rata Hasil Tes Siklus II 48
14.Perbandingan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II 49
15. Perbandingan Ketuntasan dan nilai rata- rata siklus I dan Siklus II 51
16. Perbandingan Hasil tes, ketuntasan, dan rata- rata pada pra siklus,
siklus I dan siklus II................................................................................. 52
17. Perbandingan Kegiatan dan hasil pra siklus, siklus I ............................. 56
18. Perbandingan Kegiatan dan hasil siklus I dan Siklus II............................. 59








DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerucut Pengalaman II- 9
2. Diagram alir dalam penelitian tindakan kelas II- 19
3. Gambar suasana kegiatan pembelajaran pra siklus IV- 27
4. Diagram Hasil tes pra tindakan kelas IV- 29
5. Diagram Ketuntasan Belajar Pra Siklus IV- 30
6. Diagram Nilai Rata- rata Pra Siklus IV- 31
7. Gambar suasana kegiatan Pembelajaran siklus I IV- 34
8. Diagram Hasil Belajar Tes Siklus I IV- 36
9. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I IV- 37
10. Diagam Nilai Rata- rata Siklus I IV- 38
11. Diagram perbandingan hasil tes pra siklus dan siklus I........................... IV- 40
12. Diagram perbandingan ketuntasan pra siklus dan siklua I...................... IV- 41
13. Diagram hasil nilai rata-rata nilai pra siklus dan siklus I........................ IV- 42
14. Gambar suasanan kegiatan pembelajaran Siklus II IV- 44
15. Diagram Hasil nilai siklus II IV- 46
16. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II IV- 48
17. Digran Nilai rata- rata Siklus II IV- 49
18. Diagram Perbandingan Hasil Tes siklus I dan Siklus II............ IV- 50
19. Diagram Perbandingan hasil Pra siklus, Siklus I dan siklus II.............. .IV- 51

20. Diagram Perbandingan Ketuntasan dan nilai rata- rata Pra siklus,
Siklus I dan siklus II.......................................................... IV- 52









DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Silabus 64

2. KKM 65

3. Dafar Siswa Kelas V 66
4. Soal Tes Pra siklus 67
5. Hasil Tes Pra Siklus 68
6. Hasil Observasi Pra siklus 69
7. Daftar Hadir Ulangan Harian Siswa 70
8. Rencana Pembelajaran Siklus I 71
9. LKS Siklus 1 72
10. Soal Tes Siklus II 73
11. Kunci Jawaban siklus II 74
12. Hasil Tes Siklus I 75
13. Hasil Observasi siklus I 76
14. Daftar Hadir Ulangan Harian Siswa Siklus 1 77
15. Rencana Pembelajaran Siklus II 78
16. Lembar Kerja Siswa Siklus II 79
17. Soal Tes dan Kunci Jawaban siklus II 80
18. Hasil Tes Siklus II 82
19. Daftar Hadir Ulangan Harian Siswa Siklus II 83






ABSTRAK

Indrayati M.Pd. ”Upaya meningkatkan hasil belajar IPS materi keragaman kenampakan alam, suku bangsa dan budaya Indonesia melalui Penerapan Pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament (TGT) pada siswa kelas V SD Negeri Tunggulsari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ”. Karya Ilmiah SD Negeri I Tunggulsari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah pembelajaran kooperatif Learning model Team Group Tournament dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada kompetensi dasar keragaman kenampakan alam, suku bangsa dan budaya Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri I Tunggulsari tahun ajaran 2007/2008?
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Tunggulsari tahun 2007/2008 sebanyak 18 siswa. Analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai pada setiap siklus, dan analisis deskriptif kualitatif hasil observasidengan membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus Ii
Dengan penerapan pembelajaran kooperatif learning model team group tournament (TGT) pada kompetensi dasar keragaman kenampakan alam suku bangsa dan budaya Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tunggulsari tahun pelajaran 2007/2008. Pada akhir siklus II diketahui telah terjadi peningkatan rata-rata kelas 58,59 %, yaitu dari rata- rata tes kondisi awal 4,83 menjadi 7.66.Sedangkan ketuntasan belajar siswa ada peningkatan sebesar 553%, dari kondisi awal yang sudah tuntas hanya 3 siswa menjadi 15 siswa. Dengan demikian sebagian besar siswa kelas V SD Negeri I Tunggulsari mengalami peningkatan hasil belajar pada kompetensi dasar keragaman kenampakan alam dan suku bangsa dan budaya Indonesia.

Kata Kunci : Pembelajaran , Kooperatif Learning, Team Gruop Tournament









BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan pengusaan materi yang memadai.
Tolok ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar.Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V SD Negeri Tunggulsari I untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas memang sarat akan materi, di samping cakupannya luas dan perlu hafalan . Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 83,34%, hanya 16,67 % siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan minimal .Dengan rata –rata kelas sebesar 4,83.
Rendahnya prestasi belajar IPS di kelas V SD N Tunggulsari I , Laweyan Surakarta dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan metode atau pun media pembelajaran serta mendesain skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi maupun kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif. Namun sebaliknya kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, cenderung kering dan membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subyek bahkan guru cenderung membatasi partisipasi dan kreatifitas siswa selama proses pembelajaran.
Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS maka masalah ini harus ditangani dengan mencari model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal. Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi guru yaitu kegiatan satu arah dimana penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah, sehingga hasil yang dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, teori hanya pada tingkat ingatan..
Upaya harus dilakukan untuk memulai tuntutan lulusan yang kompetitif di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi adalah menyelaraskan kegiatan pembelajaran dengan nuansa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan/pengetahuan oleh masing-masing individu baik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah dengan metode mengajar yang dapat membuat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament. Dengan pembelajaran Cooperative Learning model Team Group Tournament diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok materi secara bersama-sama dalam kelompok atau secara indivuidu.
Penerapan Pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament, merupakan tindakan pemecahan masalah yang ditetapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS khususnya kompetensi dasar keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta budaya Indonesia , bagi siswa kelas V semestyer I SD Negeri Tunggulsari I Kecamatan Laweyan kota Surakarta tahun Pelajaran 2007/2008. sehingga diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik.

B. Identifikasi Masalah
Dari uaraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah tersebut diatas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar ujian akhir sekolah IPS belum menunjukkan hasil yang optimal.
2. Mata Pelajaran IPS di SD cukup sarat akan materi, tapi jumlah alokasi waktu sangat terbatas.
3. Alat peraga untuk pembelajaran IPS sangat minim dan terbatas.
4. Masih banyak para guru yang belum memanfaatkan sumber belajar di luar kelas.
5. Kegiatan belajar mengajar masih satu arah sehingga kreatifitas siswa kurang berkembang secara optimal.
6. Perlunya model pembelajaran yang efektif dan inovatif sehingga siswa tidak cepat bosan dan mempunyai daya lekat yang tinggi.
7. Perlunya model pembelajaran yang dapat mengembangkan kelima alat indra kita dengan maksimal sehingga pembelajaran lebih bermakna.

C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pernyataan rinci dan lengkap, mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Apakah melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning Model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS tentang keragaman Kenampakan alam dan suku Bangsa serta Budaya Indonesia bagi siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Tunggulsari 1 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008?

D. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS melalui pembe pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament (TGT) siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Tunggulsari 1 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
a. Model Pembelajaran TGT untuk IPS ini merupakan suatu upaya memanfaatkan secara maksimal penggunaan media pendidikan yang sesuai dengan karakteristik anak sekolah dasar dalam mengenalkan dan menanamkan konsep Wilayah Indonesia.
b. Dengan Pengembangan model pembelajaran TGT dengan media peta dalam menanamkan konsep, berarti tujuh komponen utama belajar efektif dapat tercakup.
c. Pada gilirannya hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu Pendidikan,

2. Manfaat Praktis
a. Model Pembelajaran TGT akan menjadi model alternative bagi para guru dalam melaksanakan tugasnya untuk menanamkan konsep wawasan nusantara.
b. Dengan adanya model pembelajaran ini akan mempermudah guru dalam mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
c. Dengan demikian model ini juga berguna bagi pengembangan profesionalitas guru untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar

BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Landasan Teori
1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Hakekat Belajar
Belajar merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Menurut Suryabrata( 2002;232) menyimpulkan tentang belajar yaitu:(1) belajar itu membawa perubahan;(2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru;(3) perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja .Belajar adalah suatu proses di mana suatu tindakan muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi (Sukmadinata,2003:15). Hal ini yang juga terkait dengan belajar adalah pengalaman, pengetahuan yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.
Dalam penelitian ini,belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri siswa, dan perubahan itu merupakan hasil belajar yang melibatkan segi jasmani dan rohani yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, serta semua aspek yang ada dalam individu.
Menurut paham Progresivisme Jhon Dewey ( Pahyono, 2004 : 4)
1) Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonsruksikan sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru.
2) Anak harus bebas agar bisa berkembang wajar.
3) Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
4) Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5) Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
6) Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksprimen.

b. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,aspek afektif dan aspek psikomotorik.(1) aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman,penerapan,analisis, sintesis, dan evaluasi.(2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian,dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.(3)Aspek psikomotorik, kemampuan psikomorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakanterbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,gerakan penyesuaian dan kreativitas.( Hamalik,2003:160)

c.Ilmu Pengetahuan Sosial
Pengajaran IPS lebih bersifat perkenalan mengenai “Seni Kehidupan”. Landasan pengkajian dari berbagai aspek kehidupan ini diambil dari berbagai sumber ilmu social yaitu: Sosial Budaya, Geografi, Politik, Ekonomi, Sosiologi, dan Sejarah. Pengajaran IPS kelas rendah disajikan dalam pendekatan tematik, sedangkan IPS pelajaran mandiri mulai diprogram pada kelas 4 ke atas. Oleh karena itu materi pengajaran IPS lebih banyak dititik beratkan kepada dunia siswa dan lingkungannya.
Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP, 2007: 18) Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek : manusia, tempat dan lingkungan, waktu, keberlanjutan, dan perubahan sistem sosial dan budaya, dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Pengajaran IPS SD diandalkan untuk membina generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan erat di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik ( BSNP, 2007:18)

d.Hasil Belajar IPS
Hasil belajar IPS adalah hasil penilaian belajar siswa mengenai yang telah dicapai dan dinyatakan dalam bentuk nilai angka yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam priode tertentu atau dalam satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran IPS.

2.Pembelajaran Kooperatif Learning Model Team group Tournament (TGT)
a.Pengertian Pembelajaran
Menurut Gagne, (terjemahkan Munadir, 1999 III 3) proses pembelajaran dalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan sebagai peristiwa belajar (event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya tingkah lakku dari siswa.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna/pemahaman terhadap suatu objek/peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggungjawab siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Dibawah ini disajikan gambar kerucut pengalaman belajar

Yang ingat
10 % ……………………………… Baca MODUS
20 % ………………………….. Dengar
30 % ……………………… Lihat VERBAL 50%…………………… Lihat & dengar
70 % ………………… Katakan VISUAL
90 % ……………… Katakan dan lakukan
BERBUAT
Gambar 1 Kerucut Pengalaman
Dari kerucut pengalaman belajar, diketahui bahwa siswa akan mencapai hasil belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20 % karena siswa hanya mendengarkan. Sebaiknya, jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.(Sujatmoko dkk.2003 :15)
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. CTL diharapkan menjadikan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa “bekerja“ dan “mengalami“ bukan merupakan transfer pengetahuan guru kepada siswa. Sebagaimana yang dirumuskan oleh UNESCO tentang “Empat Pilar Pendidikan “(The Four Pilars of Education)”, dua pilar diantaranya sebagai berikut: (1) Belajar mengetahui (Learning to know); (2) Belajar melakukan (Learning to do).(Dasim Budimansyah .2002:4)
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendsari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), msyarakat belajar (Learning community), pemodelan ( Modeling), refleksi ( Reflection), dan penilaian sebenarnya (Autentic Assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontektual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual meliputi; (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan, tidak membosankan, (4) belajar dengan bergairah, (5) menggunakan berbagai sumber, (6) siswa aktif, (7) sharing dengan teman, (8) siswa kritis guru kreatif, (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, cerita humor,dll, (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum( Model Strategi Efektif , 2005:8 )
b.Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain( Anitah.2008:37). Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain, karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Dengan demikian pembelajaran kooperatif dapat secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.Pengertian senada yang diutarakan Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

c. Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Anitah dkk.2008:37-38)
a). Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.
b). Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
c). Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerluan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
d). Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
Pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang bermanfaat, dengan mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Menurut Viotsky (Pahyono dkk strategi Pembelajaran Efektif oleh team Widya Iswara, 2005), pada pembelajaran ini penekanannya pada hakikat sosiokultural dan dikembangkan berdasakan teori belajar kognitif-konstruktivis. Penerapan pembelajaran ini juga sesuai dengan prinsip-prinsip CTL( Contectual Teaching dan Learning) yaitu pada masyarakat belajar
( learning comunity). Konsep learning comunity adalah menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain dan dalam pengelompokan, siswa harus menjadi perhatian tersendiri bagi seorang guru, karena dalam pengelompokan harus heterogen yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap harus mendorong temannya yang lambat dan seterusnya

d. Pembelajaran Cooperative Learning Model Team Group Tournament (TGT)
Kooperatif learning adalah model pembelajaran bersama-sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota antara tiga sampai lima orang siswa. Para anggota bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Menurut Kagan , terdapat empat prinsip dasar model kooperatif learning yaitu (1) interaksi yang simultan,(2) saling ketergantungan antar anggota;(3) tiap anggota memiliki tanggung jawab terhadap kelompok; dan (4) peran serta anggota yang seimbang.
Menurut pendapat Slavin, model kooperatif learning meliputi tiga konsep yaitu (1) Pengakuan kelompok ( team recognition);(2) Tanggung jawab individu;dan(3) Keseimbangan peluang untuk meraih sukses bersama. Sedangkan menurut Johnson, model kooperatif learning terdapat lima prinsip dasar terdiri:(1) Menumbuhkan semangat saling ketergantungan;(2) Tanggung jawab individual;(3) Bekerja dalam kelompok (group processing);(4) Tumbuh kecakapan social dan bekerjasama; dan (5) Terjadi interaksi antar anggota secara langsung.
Pembelajaran Kooperative Learning model Team Group Tournament dikemas dalam bentuk permainan karena bermain merupakan pemenuhan suatu kebutuhan mendasar bagi anak-anak serta sesuatu yang sangat menarik (Russel Tyler,1999). Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Karakteristik pembelajaran Kooperative Learning model Team Group Tournament memunculkan adanya kelompok dan kerja sama dalam belajar, disamping itu terdapat persaingan antar individu dalam kelompok maupun antar kelompok. Oleh sebab itu penerapan pembelajaran Kooperative Learning model Team Group Tournament diharapkan mampu mengatasi keterbatasan waktu, guru tidak lagi harus secara marathon menjelaskan materi. Kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa cukup dengan arahan dan bimbingan guru.Pembelajaran Kooperatif Learning dengan berbagai model dikembangkan berlandaskan teori belajar Konstruktivisme (Contructivisme). Model pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament (TGT) lebih banyak dipilih karena waktu relatif lebih singkat dan cara melakukannya relatif lebih mudah.
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif learning TGT sebagai berikut:
a. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan awal, motivasi belajar, jenis kelamin, atupun latar belakang etnis yang berbeda.
b. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan peresentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa.
c. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya.
d. Siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik dalam tournament. Pertandingan individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.
e. Hasil pertandingan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.
f. Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu mendapat penghargaan.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Judul : Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pendidikan IPS di tingkat Persekolahan, oleh Drs. Arief Achmad MSP, M.Pd, Topik : Model Pembelajaran, Tanggal 16 agustus 2005
Hasil Penelitian :
Model Pembelajaran Cooperatif Learning (MPCL) dapat menciptakan iklim dan susana PBM siswa yang aktif dan interaktif, yang tercermin dari pola interaksi belajarsiswa dalam kelompok, bilamana adanya kemitraan belajar antara guru dan siswa dalam dimensi akademis, sehingga menumbuhkan iklim kebersamaan dan keterbukaan selama berlangsungnya PBM
2. Judul : Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif. Oleh : getskripsi. 20-09-2008. Kategori : Skripsi
Hasil Penelitian :
MPCL mempunyai efektifitas yang cukup tinggi untuk membelajarkan materi pendidikan IPS. Keefektifan MPCL dalam membelajarkan pendidikan IPS mempersyaratkan kinerja guru dalam kapasitasnya sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum
C. Kerangka Berfikir
Secara Skematis uraian digambarkan kerangka pemikirannya sebagai berikut:















Gambar 2. Diagram alir penelitian tindakan Kelas
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis membuat suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta budaya Indonesia bagi siswa kelas V semester I SDN Tunggulsari I Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.































BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Otober 2007. Adapun pembagian waktu penelitian dapat diperinci seperti pada tabel 1.
Tabel 1.
Pembagian Waktu Penelitian

No Kegiatan Waktu
Juli Agustus September
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pengajuan proposal
2 Penyusunan rancangan
penelitian
3 Pelaksanaan siklus I
4 Analisis hasil siklus I
5 Pelaksanaan siklus II
6 Analisis hasil siklus II
7 Penulisan hasil penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran .
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tunggulsari I, selain itu salah satu tujuan yang dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya pada kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta Budaya Indonesia.


B. Subyek Penelitian
Berdasarkan judul penelitian yaitu upaya meningkatakan hasil belajar IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model team group tournament (TGT) pada siswa siswa kelas V SD Negeri Tunggulsari I tahun pelajaran 2007/2008, maka subyek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Negeri Tunggulsari I tahun pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 18 siswa.

C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, sebagai subyek penelitian. Data yang dikumpulkan dari siswa meliputi data hasil tes tertulis. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang terdiri atas materi keragaman kenampakan alam dan keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. Selain siswa sebagai sumber data, penulis juga menggunakan teman sejawat sesama guru kelas sebagai sumber data.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi keragaman kenampakan alam, suku bangsa dan budaya. Sedangkan Teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi. Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas kemampuan memahami materi keragaman kenampakan dan suku bangsa serta budaya pada siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data khususnya nilai mata pelajaran IPS.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data meliputi:
a. Tes tertulis, terdiri atas 20 butir soal.
b. Non tes, meliputi lembar observasi dan dokumen.

E. Validasi Data
Validasi data meliputi validasi hasil belajar dan validasi proses pembelajaran.
1. Validasi hasil belajar
Validasi hasil belajar dikenakan pada instrumen penelitian yang berupa tes. Validasi ini meliputi validasi teoretis dan validasi empiris. Validasi teoretis artinya mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas face validity (tampilan tes), content validity (validitas isi) dan construct validity (validitas kostruksi).
Validitas empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari pembuatan kisi-kisi soal, penulisan butir-butis soal, kunci jawaban dan kriteria pemberian skor.
2. Validasi proses pembelajaran
Validasi proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan observasi terhadap subyek penelitian yaitu siswa kelas V SD Negeri Tunggulsari I dan kolaborasi dengan guru kelas yang mengajar bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Triangulasi metode dilakukan dengan penggunaan metode dokumentasi selain metode observasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pendukung yang diperlukan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dekskriptif, yang meliputi:
1. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan indikator pada siklus I dan siklus II.
2. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:
1) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
2) penyiapan skenario pembelajaran.
b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;
1) pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,
2) proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajran kooperatif learning pada kompetensi dasar mengenal keragaman kenampakan alam di Indonesia,
3) secara klasikal menjelaskan strategi dalam pembelajaran kooperatif learning model team group tournamentdilenkapi lembar kerja siswa,
4) memodelkan strategi dan langkah-langkah pembelajaran kooperatif learning model team group tournament,
5) mengadakan observasi tentang proses pembelajaran,
6) mengadakan tes tertulis,
7) penilaian hasil tes tertulis.
c. Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
d. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I.
2. Siklus II
1. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:
a. penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
b. penyiapan skenario pembelajaran.
2. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;
a. pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,
b. pembelajaran kooperatif learning model team group tournament pada kompetensi dasar mengenal keragaman suku bangsa serta budaya Indonesia,
c. siswa untuk menerapkan strategi pembelajaran kooperatif learning model team group tournament, diikuti kegiatan kuis
d. mengadakan observasi tentang proses pembelajaran,
e. mengadakan tes tertulis,
f. penilaian hasil tes tertulis.
3. Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes serta hasil praktek sehingga diketahui hasilnya,
4. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus II.




































BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional. Guru cenderung menstranfer ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan. Disamping itu dalam menyampaikan materi guru tanpa menggunakan alat peraga. Proses pembelajaran dapat digambarkan pada gambar di bawah ini :













Gambar 3. Suasana Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus

Melihat kondisi pembelajaran yang monoton , suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada nilai yang diperoleh siswa kelas V pada kompetensi dasar keragaman kenampakan alam, suku bangsa dan budaya Indonesia sebelum siklus I ( pra siklus) seperti pada tabel 2. Banyak siswa belum mencapai ketuntasan belajar minimal dalam mempelajari kompetensi dasar tersebut. Hal ini diindikasikan pada capaian nilai hasil belajar di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 6,5 .
Tabel 2.
Nilai Tes Pra Siklus



NO Hasil (Angka) Hasil(Huruf) Arti Lambang Jumlah Siswa Persen
1 85-10 A Sangat baik - 0 %
2 75-84 B Baik 3 16,7 %
3 65-74 C Cukup 6 33,3 %
4 55-64 D Kurang 6 33,3 %
5 <54 E Sangat Kurang 3 16,7 %
Jumlah 18 100%

Sumber : Hasil tabulasi data Agustus 2007


Untuk memperjelas data dari tabel 2 dapat dibuat histogram sebagai berikut :


Gambar 4. Grafik Hasil Tes Pra siklus


Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 0 % atau tidak ada , yang mendapat nilai B (baik) sebanyak 16,7.% atau sebanyak 3 siswa dan yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 33,3 % atau 6 siswa , dan yang mendapat nilai kurang 33,3 % atau sebanyak 6 siswa , sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang 16,7 % atau sebanyak 3 siswa.
Dari hasil tes seperti tersebut diatas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yang telah mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel dibawah ini

Tabel 3
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Pra Siklus
Jumlah Persen
1. Tuntas 3 16,66%
2. Belum Tuntas 15 83,34%
Jumlah 18 100%
Sumber : Hasil tabulasi data Agustus 2007

Berdasarkan data pada tabel 3 tersebut di atas, diketahui bahwa siswa kelas V yang memiliki nilai kurang dari KKM 6,5, sebanyak 15 siswa. Dengan demikian jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum untuk kompetensi dasar keragaman kenampakan alam dan suku bangsa dan budaya Indonesia sebanyak 15 siswa (83,34). Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 3 siswa ( 16,16 0% , hal dapat dilihat pada grafik dibawah ini:







Gambar 5. Diagram Ketuntasan Belajar Pra Siklus

Hasil nilai pra siklus I yang diperoleh dari hasil tes awal dapat ditunjukan seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 4
Rata-rata Hasil Tes Pra siklus
No Keterangan Nilai
1 Nilai tertinggi 8
2 Nilai Terendah 2
3 Nilai Rata-rata 4,83
Sumber ; Hasil analisis data Agustus 2007
Untuk memperjelas hasil tertinggi, terendah maupun nilai rata di atas , dapat digambarkan dengan grafik berikut ini




Gambar 6. Grafik nilai rata- rata pra siklus


B. Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
c. Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelasaksanaan pembelajaran
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar keragaman kenampakan alam Indonesia. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tema yang dipilih dalam siklus I tentang keragaman kenampakan alam meliputi; sungai, danau, gunung, obyek wisata, kekayaan alam dan sebagainya. Berdasarkan tema yang telah dipilih tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit, artinya setiap RP disampaikan dalam 1 kali tatap muka. Dengan demikian, selama siklus I terjadi 2 kali tatap muka.
d. Pembentukan kelompok-kelompok belajar
Pada siklus I, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok kecil dengan memperhatikan heterogenitas baik kemampuan, gender.

2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Tatap Muka
Tatap muka I dan II dengan RP tentang materi keragaman kenampakan alam Indonesia. Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif learning model TGT dengan panduan Lembar Kerja Siswa ( LKS). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut;
1) Guru secara klasikal menjelaskan strategi pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa.
2) Secara kelompok siswa berkompetisi menempelkan pias–pias peta pada peta yang telah didesain. Kelompok yang selesai terlebih dulu boleh memperagakan yel–yel ataupun menyanyikan lagu–lagu nasional.
3) Secara kelompok siswa mencari dan menemukan keragaman kenampakan alam Indonesia dengan panduan Lembar Kerja Siswa (LKS).
4) Secara kelompok siswa berdiskusi menyelesaikan LKS.
5) Secara kelompok siswa bertanya jawab antar kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
6) Kelompok yang mendapat skor paling tinggi mendapat hadiah.
7) Guru memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dengan mengadakan evaluasi berupa tes.
8) Guru menilai hasil evaluasi.
9) Guru memberikan tindak lanjut.




Kegiatan pembelajaaran siklus I dapat digambarkan pada gambar di bawah ini :












Gambar 7. Suasana Pembelajaran Siklus I
Sekilas gambaran proses pembelajaran pada siklus I, guru tidak lagi mentransfer materi pada siswa, tapi siswa secara aktif bekerja sama dalam kelompok untuk mencari materi serta mendiskusikannya . Siswa tampak aktif dan bergairah dalam pembelajaran. Dalam kegiatan ini mereka saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk berkompetisi dengan kelompok lain dalam menyelesaikan lembar kerja siswa .Suasana pembelajaran lebih menyenangkan nampak semua siswa bergairah dalam mengikuti pelajaran.


b. Wawancara
Wawancara dilaksanakan pada saat kegiatan tatap muka setelah selesai diskusi. Kegiatan wawancara dilaksanakan oleh guru terhadap beberapa anggota kelompok. Wawancara diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perasaan siswa dalam memahami materi keragaman kenampakan alam Indonesia dengan menggunakan pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament (TGT) ini. Hasil wawancara juga digunakan sebagai bahan refleksi.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu guru kelas (teman sejawat) pada SD Negeri I Tunggulsari. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswa dalam memahami materi keragaman kenampakan alam Indonesia. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II.
3. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus I dapat dideskripsikan seperti pada tabel 5 berikut ini. Untuk memperjelas data hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:



Tabel 5
Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I

No Hasil (Angka) Hasil
( Huruf) Arti Lambang Jumlah Siswa Persen
1 85-100 A Sangat baik 2 11,1 %
2 75-84 B Baik 9 50,0 %
3 65-74 C Cukup 6 33,3 %
4 55-64 D Kurang 1 5,6 %
5 <54 E Sangat Kurang - -
Jumlah 100 %
Sumber: Hasil Tabulasi Data September 2007

Berdasarkan data tabel 5 di atas, dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini :

Gambar 8 Grafik hasil tes Siklus I


:Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 2 siswa (11,1 %), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 9 siswa atau (50,0 %), sedangkan dari jumlah 18 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 6 siswa (33,3 %) , sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 1 siswa (5,6 %), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) tidak ada atau 0 % .
Tabel 6
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I
No Ketuntasan Jumlah Siswa
Jumlah Persen
1. Tuntas 7 38,89 %
2. Belum Tuntas 11 61,11 %
Jumlah 18 100 %

Tabel ketuntasan diatas diperjelas pada grafik dibawah ini :

Gambar 9. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I

Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 18 siswa terdapat 7 atau 38,88 % yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 11 siswa atau 61,11% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 8 , nilai terendah 2, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 6,67, seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 7
Rata-rata Hasil Tes siklus I
No Keterangan Nilai
1 Nilai tertinggi 9,00
2 Nilai Terendah 4,00
3 Nilai Rata-rata 6,67
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan data tabel 7 di atas, dapat digambarkan dengan grafik berikut


Gambar 10. Grafik nilai rata siklus I

4. Refleksi
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria ketuntasan Minimal. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 15 anak dan pada akhir siklus I berkurang menjadi 7 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 4,83 menjadi 6,67. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I, seperti disajikan dalam tabel 9 berikut ini.

Tabel 8.
Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan Siklus I

No Hasil tes
(dalam huruf ) Jumlah siswa yang berhasil
Pra siklus Siklus I
1 A (85 -100) - 2
2 B (75-84) 3 9
3 C (65-74) 6 6
4 D (55-64) 8 1
5 E (< 54) 1 -
Jumlah 18 18

Sumber : Hasil Tabulasi data September 2007

Peningkatan hasil tes kemampuan belajar siswa dapat ditunjukkan dengan gambar grafik dibawah ini :


Gambar 11. Grafik Perbandingan hasil tes pra siklus dan Siklus I
Peningkatan Ketuntasan belajar siswa tampak pada tabel dibawah ini, jika dibandingkan hasil pra siklus dan siklus I.dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 9.
Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dengan Siklus I

No Ketuntasan Jumlah Siswa
Pra Siklus Siklus I
Jumlah Persen Jumlah Persen
1. Tuntas 3 16,66% 7 38,88%
2. Belum Tuntas 15 83,34% 11 61,11%
Jumlah 18 100% 18 100%

Tabel perbandingan ketuntasan dapat diperjelas dengan diagram dibawah ini


Gambar 12. Grafik Ketuntasan Pra siklus dan siklus I

Peningkatan hasil rata- rata kelas nampak ada perubahan pra siklus dengan siklus
Tabel 10
Perbandingan nilai rata-rata Pra Siklus dan Siklus I tersaji dalam Tabel berikut :

No Keterangan Pra siklus Siklus I
1 Nilai tertinggi 8 9
2 Nilai terendah 2 4
3 Nilai rata- rata 4,83 6,67



Dari tabel 10 dapat diperjelas dengan diagram dibawah ini :




Gambar 13.Grafik nilai rata- rata pra siklus dan siklus I

Berdasarkan data pada tabel 10 di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif learning model team group tournament (TGT) mampu meningkatkan hasil belajar, khususnya pada kompetensi dasar keragaman kenampakan alam dan suku bangsa dan budaya Indonesia . Oleh karena itu, rata-rata kelas pun mengalami kenaikan menjadi 6,67. Walaupun sudah terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran, karena sebagian siswa beranggapan bahwa kegiatan secara kelompok akan mendapat prestasi yang sama. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.


C. Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelasaksanaan pembelajaran
Dalam siklus II, pada hakikatnya merupakan perbaikan atas kondisi siklus I. Materi pelajaran dalam siklus II adalah keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Atas dasar materi pelajaran tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut adalah 2 x 35 menit dengan 2 kali tatap muka.
b. Pembentukan kelompok siswa
Pada siklus II, strategi pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif learning model TGT dikemas dalam bentuk kuis yang dikompetisikan antar kelompok, sehingga siswa dibagi menjadi 4 kelompok untuk memperebutakan penempatan letak peta secara benar tepat dan cepat
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Tatap Muka
Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi . Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dengan peta konsep. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Guru memberikan evaluasi atas kegiatan pembelajaran pada siklus I.
2) Guru memberikan motivasi pentingnya strategi menggarisbawahi dalam pembuatan peta konsep.
3) Guru melatih siswa untuk menerapkan strategi belajar menggarisbawahi dan membuat peta konsep secara mandiri.
4) Mengevaluasi tugas latihan menggarisbawahi dan membuat peta konsep.
5) Membimbing siswa untuk merangkum pelajaran.
6) Guru memberikan evaluasi dengan tes.
7) Guru menilai hasil evaluasi.
Kondisi Pembelajaran pada siklus tercermin pada gambar di bawah ini :








Gambar 14. Suasana kegiatan pembelajaran siklus I
Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II siswa masaih belajar secara kelompok, namun dalam kegiatan kelompok ini siswa tertantang untuk lebih mandiri dalam menguasai materi. Karena disamping belajar secara kelompok , namun mereka antar individu harus berkompetisi secara pribadi .
b. Wawancara
Wawancara dilaksanakan pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Wawancara diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami, memadukan dengan mata pelajaran lain. Disamping itu, wawancara digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa. Hasil wawancara digunakan sebagai bahan refleksi.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu guru kelas V SDN Tunggulsari I. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi.

3. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel 11 berikut ini.
.

Tabel 11
Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II
No Hasil
(Angka) Hasil
(Huruf) Arti Lambang Jumlah
Siswa Persen
1 85-100 A Sangat Baik 4 22,2 %
2 75-84 B Baik 12 66,7 %
3 65-74 C Cukup 2 11,1 %
4 55-64 D Kurang - -
5 <54 E Sangat Kurang - -
Jumlah 18 100%
Sumber : Tabulasi Data September 2007
Dari tabel 11 tersebut dapat dibuat histogram sebagai berikut :




Gambar 15. Diagram hasil nilai siklus II

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 22,2 % atau 4 siswa, sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 66,7 % atau 12 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 11,1 % atau sebanyak 2 siswa.Sedangjkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas 7,66
Ketuntasan belajar pada siklus II dapat ditabulasikan seperti pada tabel 12 di bawah ini
Tabel 12.
Ketuntasan Belajar Siklus II

No Ketuntasan Bel;ajar Jumlah Siswa
Jumlah Persen
1. Tuntas 16 88,89 %
2. Belum Tuntas 2 11,11 %
Jumlah 18 100 %

Berdasarkan data tabel di atas dapat digambarkan seperti grafik di bawah ini:

Gambar 16. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II

Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 16 siswa ( 88,88%) yang berarti sudah ada peningkatan . Rata-rata kelas pun menjadi meningkat Hasil Nilai Rata- rata Siklus II dapat diperjelas di bawah ini :
Tabel 13
Rata-rata Hasil Tes siklus II
No Keterangan Nilai
1 Nilai tertinggi 10
2 Nilai Terendah 5
3 Nilai Rata-rata 7.66
Sumber : Data yang diolah

Gambar17. Grafik nilai Rata- rata siklus II
4. Refleksi
Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif learning model team group tournament dapat meningkatkan hasil belajar IPS, khususnya kompetensi dasar keragaman kenampakan alam dan suku bunga serta budaya Indonesia. Untuk lebih jelasnya pada tabel 14 berikut dipaparkan hasil refleksi pada siklus II.
Tabel 14
Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II
No Hasil Tes
Jumlah Siswa yang Berhasil
Siklus I Siklus II
1 A (85 -100) 2 4
2 B (75-84) 9 12
3 C (65-74) 6 2
4 D (55-64) 1 -
5 E (< 54) - -
Jumlah 18 18
Sumber : Hasil Tabulasi Data Oktober 2007

Dari tabel 14 tersebut dapat dibuat histogram sebagai berikut:





Gambar 18. Grafik Perbandingan hasil belajar siklus I dan II.

Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal , siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa saat kondisi awal rata- rata kelas sebesar 4,83 , sedangkan nilai rata- rata kelas siklus II sudah ada peningkatan menjadi 6,67. Adapun kenaikan rata – rta pada siklus II menjadi 7,66. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan diagram dibawah ini :




Tabel 15
Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II
NO HasilLambang
Angka Hasil Evaluasi Arti Lambang Pra tindakan Model Siklus I Model Siklus II
1 85-100 A Sangat Baik - 2 4
2 75-84 B Baik 3 9 12
3 65-74 C Cukup 6 6 2
4 55-64 D Kurang 8 1 -
5 <54 E Sangat Kurang 1 - -
Jumlah 18 18 18

Tabel 15. diatas dapat dibuat diagram dibawah ini


Gambar19. Grafik perbandingan kondisi pra siklus, siklus I dan siklus II
Tabel 16
Perbandingan ketuntasan nilai rata- rata Pra siklus, siklus I dan siklus II

No Uraian Jumlah siswa Rata-Rata
Tuntas Belum Tuntas
1 Kondisi Awal 3 anak 15 anak 40,83
2 Siklus I 12 anak 6 anak 60,67
3 Siklus II 16 anak 2 anak 70,66

Perbandingan ketuntasan dan nilai rata- rata kelas pra siklus , siklus I dan Siklus II dapat diperjelas dengan grafik dibawah ini :


Gambar 20. Perbandingan Ketuntasan dan Nilai Rata- rata pra siklus I, siklus II

Atas dasar informasi pada tabel 15 dan 16 di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif learning model team group tournament khususnya pada penguasaan kompetensi dasar keragaman kenampakan alam dan keragaman suku bangsa serta budaya Indonesia ada peningkatan .

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif learning model Team Group tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS khususnya penguasaan kompetensi dasar keragaman kenampakan alam dan keragaman suku bangsa serta budaya Indonesia pada siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2007/ 2008. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut.
1.Pembahasan Pra Siklus I
1).Hasil Belajar
Pada awalnya siswa kelas V, nilai rata- rata pelajaran IPS rendah khususnya pada kompetensi keragaman kenampakan alam dan keragaman suku bangsa serta budaya Indonesia. Yang jelas salah satunya disebabkan karena luasnya kompetensi yang harus dikuasainya dan perlu daya ingat yang setia sehingga mampu menghafal dalam jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes . Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 18 siswa terdapat 3 atau 16,66 % yang baru mencapai ketuntasan belajar dengan skor standar Kriteria Ketuntasan Minimal. Sedangkan 15 siswa atau 83,34% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk kompetensi dasar keragaman kenampakan alam Indonesia yang telah ditentukan yaitu sebesar 6,5. Sedangkan hasil nilai pra siklus I terdapat nilai tertinggi adalah 8, nilai terendah 2, dengan rata-rata kelas sebesar 4,83.
2) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatifitas siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton.

2.Pembahasan Siklus I
Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non tes.Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut :
1) Hasil Belajar
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 2 siswa (11,1 %), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 9 siswa atau (50,0 %), sedangkan dari jumlah 18 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 6 siswa (33,3 %) , sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 1 siswa (5,6 %), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) tidak ada atau 0 % .
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 18 siswa terdapat 7 atau 38,88 % yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 11 siswa atau 61,11% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari Hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 8 , nilai terendah 2, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 6,67.
2)Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran . Hal ini dikarenakan kegiatan yang bersifat kelompok ada anggapan bahwa prestasi maupun nilai yang di dapat secara kelompok . Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik , karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan serta perlu kecermatan dan ketepatan . Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok , serta antar kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya dan menjwab antar kelompok , sehingga terlatih ketrampilan bertanya jawab. Terjalin kerjasama inter dan antar kelompok. Ada persaingan positif antar kelompok mereka saling berkompetisi untuk memperoleh penghargaan dan menunjukkan untuk jati diri pada siswa.
Hasil antara kondisi awal dengan siklus I menyebabkan adanya perubahan walau belum bisa optimal, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar . Dari hasil tes akhir siklus I ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum dilakukan tindakan. Perbandingan tersebut dapat disajikan pada tabel berikut :


Tabel 17
Perbandingan kegiatan dan hasil pada pra siklus dan siklus I

NO Pra Siklus Siklus I
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran konvensional , tanpa menggunakan alat peraga Penerapan Pembelajaran kooperatif learning model TGT dipandu dengan LKS
2 Hasil Belajar Hasil Belajar
 Ketuntasan  Ketuntasan
~ Tuntas : 3 ( 16,66%) ~ Tuntas : 7 ( 38,88%)
~ Belum tuntas : 15( 83,66%) ~ Belum tuntas : 11( 61,11%)

 Nilai Tertinggi :8  Nilai Tertinggi : 9
 Nilai terendah :2  Nilai terendah :4
 Nilai rata- rata : 4,83  Nilai rata- rata : 6,67
 Refleksi
Nilai rata- rata meningkat 1,84
= 1,84/4,83 x100% =38,09%
2 Proses belajar Proses belajar
 Proses pembelajaran pasif  Proses pembelajaran ada perubahan , siswa mulai aktif
 Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran  Siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran
 Siswa hanya mendengarkan , kadang mencatat  Siswa mencari dan menemukan materi,mencatat dan mengkomunikasikan antar teman dalam kelompok maupun antar kelompok
 Belum memanfaatkan media pembelajaran yang tepat  Sudah memanfaatkan media pembelajaran sesuai materi
 Belum tumbuh kreatifitas dan kerjasama antar teman  Kreatifitas, kerjasama, tanggung jawab mulai tampak
 Sebagian kecil indera yang aktif  Sebagian besar alat indera aktif

Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model Team group tournament siswa mengalami peningkatan baik dalam mencapai ketuntasan belajar yaitu dari 15 siswa belum tuntas pada pra siklus 7 siswa yang belum tuntas. Sedangkan nilai rata – rata kelas ada kenaikan sebesar 38,09 % . Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan karena ada sebagian siswa berpandangan bahwa kegiatan yang bersifat kelompok , penilaiannya juga kelompok.

2.Pembahasan Siklus II
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus II berupa hasil tes dan non tes, Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus II diperoleh keterangan sebagai berikut .
1. Hasil Belajar
Dari pelaksanan tindakan siklus II dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 22,2 % atau 4 siswa, sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 66,7 % atau 12 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 11,1 % atau sebanyak 2 siswa.Sedangjkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas 7,66.

2) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran . Hal ini dikarenakan sekalipun kegiatan bersifat kelompok namun ada tugas individual yang harus dipertanggung jawabkan, karena ada kompetisi kelompok maupun kompetisi individu.. Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan perlu kecermatan dan ketepatan . Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok , serta antar kelompok. Masing- masing siswa ada peningkatan latihan bertanya jawab dan bisa mengkaitkan dengan mata pelajaran lain maupun pengetahuan umum, sehingga disamping terlatih ketrampilan bertanya jawab , siswa terlatih berargumentasi. Ada persaingan positif antar kelompok untuk penghargaan dan menunjukkan jati diri pada siswa.
Hasil antara siklusI dengan siklus II ada perubahan secara signifikan , hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar . dari hasil tes akhir siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I.
Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan tersebut dapat disajikan pada tabel 18 dibawah ini :
Tabel 18.
Perbandingan kegiatan dan hasil pada siklus I dan siklus II

NO Siklus I Siklus II
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran cooperatif Learning model TGT , didesain dengan panduan LKS Penerapan Pembelajaran kooperatif learning model TGT dipandu dengan kuis kompetitif
2 Hasil Belajar Hasil Belajar
 Ketuntasan  Ketuntasan
~ Tuntas : 7 (38,88%) ~ Tuntas : 16 ( 88,89%)
~ Belum tuntas : 11( 61,11%) ~ Belum tuntas : 2( 11,,11%)

 Nilai Tertinggi :9  Nilai Tertinggi : 10
 Nilai terendah :4  Nilai terendah :6
 Nilai rata- rata : 6,67  Nilai rata- rata : 7,66
 Refleksi
Nilai rata- rata meningkat 0,99
= 0,99/6,67 x100% =14,84%
2 Proses belajar Proses belajar
 Proses pembelajaran ada perubahan, siswa mulai aktif  Proses pembelajaran siswa aktif dan kreatif serta cekatan
 Siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran  Siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran, dan masing- masing siswa punya tugas mandiri
 Siswa mencari dan menemukan materi, mencatat serta mengkomunikasikan antar teman dalam kelompok maupun antar kelompok  Siswa mencari dan menemukan materi,mencatat dan mengkomunikasikan dan mendemontrasikan hasil penyelesaian secara kompetitif antar teman dalam kelompok maupun antar kelompok
 Belum memanfaatkan media pembelajaran sesuai materi  Sudah memanfaatkan media pembelajaran sesuai materi yaitu pias- pias peta yang diperagakan
 Kreatifitas, kerjasama ,tanggung jawab mulai tampak.  Kreatifitas, kerjasama, tanggung jawab dan ide, kecermatan, ketepatan dan kecepatan muncul
 Sebagian besar alat indera aktif  Semua alat alat indera aktif, baik mental maupun fisik

Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II ada peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata- rata kelas. Dari sejumlah 18 siswa masih ada 2 siswa yang belum mencapai ketuntasan, hal ini memang kedua siswa tersebut harus mendapatkan pelayanan khusus, namun sekalipun 2 siswa ini belum mencapai ketuntasan, di sisi lain tetap bergairah dalam belajar.Sedangkan ketuntasan ada peningkatan sebesar 228,62% dibandingkan pada siklus I
Sedangkan nilai tertinggi pada siklus I sudah ada peningkatan dengan mendapat nilai 10 sebanyak 4 siswa, hal ini karena ke-empat anak tersebut disamping mempunyai kemampuan cukup , didukung rasa senang dan dalam belajar, sehingga mereka dapat nilai yang optimal. Dari nilai rata- rata kelas yang dicapai pada siklus II ada peningkatan sebesar 24,84 % dibandingkan nilai rata- rata kelas pada siklus I. Secara umum dari hasil pengamatan dan tes sebelum pra siklus, hingga siklus II, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPS kompetensi dasar keragaman kenampakan alam, suku bangsa dan budaya Indonesia sebesar 158,59%

C. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian, dapat dilihat dan telah terjadi peningkatan pemahaman keragaman kenampakan alam dan keragaman suku bangasa serta budaya Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Tunggulsari I pada semester I tahun pelajaran 2007/ 2008 melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament. Peningkatan nilai rata- rata yaitu 4,83 pada kondisi awal menjadi 6,67 pada siklus I dan menjadi 7,66 pada siklus II. Nilai rata-rata siklus I meningkat 38,09 %dari kondisi awal, nilai rata-rata siklus II meningkat 24,84 % dari siklus I. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I ada peningkatan sebesar 233,37 % dari kondisi awal, siklus II meningkat 228,62 %dari siklus II. Peningkatan nilai rata-rata kelas secara keseluruhan sebesar 158,59% .
Pada akhir pembelajaran terdapat perubahan positif pada siswa mengenai pemahaman keragaman kenampakan alam, suku bangasa dan budaya Indonesia . Dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament ternyata mampu meningkatkan prestasi belajar IPS pada kompetensi dasar keragam kenampakan alam , suku bangsa dan budaya Indonesia.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS khususnya kompetensi dasar keragaman kenampakan alam dan suku bangsa dan budaya Indonesia bagi siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Tunggulsari 1 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 61,11% (11 anak), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 38,89% (7 anak), sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 88,89% (16 anak) dan sebanyak 11, 11% (2 anak) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata- rata kelas siklus I 6,67 dan rata- rata kelas siklus II 7,66. adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung . Secara keseluruhan rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar 58,59% , dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai peningkatan sebesar.553%.jika dibandingkan dengan kondisi awal .

B. Saran

Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran bahwa guru hendaknya menerapkan pembelajaran kooperatif learning model TGT sesuai dengan materi yang diajarkan. Untuk meningkatkan hadil belajar kompetensi dasar kenampakan alam, suku bangsa dan budaya Indonesia. Selain itu guru hendaknya dapat menggunakan metode dan media pembelajaran pias- pias peta dan peta yang telah didesain terlebih dahulu.


DAFTAR PUSTAKA

Anitah,2008. Strategi Pembelajaran di SD . Jakarata. Universitas Terbuka
Anita, Lie. 2002. Coorperative Learning. Jakarta Grasindo.

Arikunto, Suharsini, 1991. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta
BNSP, 2007. Standar Kompetensi dan kompeternsi Dasar . Jakarta. Depdiknas
BNSP , 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajardi SD . Jakarta. Depdiknas.

Budimansyah Dasim. 2002 Model Pembelajaran dan Penilaian. Siliwangi. HDB

BNSP , 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD . Jakarta. Depdiknas.

Dahar, RW. 1998. Teori – teori Belajar. Jakarta. Depdikbud

Dimyati dan Mudjiono, 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Depdikbud.

Dinas Prop Jateng, 2004. Model- model Pembelajaran dan Penilaian. Makalah disampaikan pada Bintek Guru SMP bidang studi Fisika

Hadari, Nawawi. 2001. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada University Press

Hidayat Komarudin,2002.Active Learning. Yogyakarta. Yappendi

Pahyono, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran efektif , Model pembelajaran Kooperatif Learning. Makalah disampaikan pada diklat guru kurikulum KBK di LPMP Jawa Tengah.

Oemar Hamalik.1993. Metode Mengajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

1 komentar:

  1. bagus pak postingannya, minta posting rpp berkarakter yg terbaru

    BalasHapus